Lirik untuk kekecewaan.
Bagi yang kini memeluk kekecewaan di sudut kamar, dengarkan ini dengan hati terbuka. Aku tahu rasanya. Rasa pahit itu, seperti pisau kecil yang mengiris lembut di dada, meninggalkan luka yang terasa begitu nyata. Kalian mungkin bertanya pada cermin, “Mengapa bukan aku? Apa yang kurang dariku?”
Izinkan aku memeluk kalian lewat kata-kata: ini bukan akhir cerita kalian. Kekecewaan itu sebatas paragraf hidup, bukan akhir dari cerita.
Hidup seperti lukisan tua, penuh warna yang tak selalu cerah. Kegagalan yang kalian rasakan sekarang hanyalah sapuan kuas yang kelabu, bukan lukisan utuh yang purna. Kekecewaan itu, rasa sakit yang menggigit hati, adalah tanda bahwa kalian hidup, bahwa kalian punya mimpi yang bernyawa, bahwa jiwa kalian masih menyala. Jangan biarkan luka ini membeku menjadi kepahitan. Biarkan ia menjadi bara, api kecil yang akan membakar semangat kalian hingga menyala terang, menerangi jalan menuju kebesaran.
Salah satu lagu favorit sepanjang masaku Hall of Fame dari The Script, yang seolah diciptakan untuk jiwa-jiwa seperti kalian. Liriknya berdenyut membangkitkan: “You can be a champion… You can throw your hands up, you can beat the clock.”
Kegagalan ini bukan tanda bahwa kalian tak layak. Ia adalah undangan dari alam semesta untuk bangkit, untuk menari di tengah badai, untuk menulis nama kalian di langit dengan tinta keberanian. “Standin’ in the hall of fame, and the world’s gonna know your name,” begitu lagu itu bernyanyi. Nama kalian bukan ditentukan oleh sebuah kursi jabatan, bukan oleh stempel “diterima” atau “ditolak”. Nama kalian akan dikenang karena kalian berani jatuh, terluka, lalu bangkit dengan mata yang berkobar.
Aku tahu, di saat seperti ini, dunia terasa tak adil. Kalian mungkin memandang mereka yang terpilih dan membatin, “Harusnya itu aku.”
Hidup bukan soal membandingkan lukisan kalian dengan lukisan orang lain. Hidup adalah tentang menggambar guratan unik di kanvas kalian sendiri.
Lagu Hall of Fame itu berteriak: “You can go the distance, you can run the mile.” Kalian bisa melangkah lebih jauh dari yang kalian bayangkan. Rasa pahit ini adalah bahan bakar. Ia adalah kayu yang akan membuat api semangat kalian menyala. Ingat, dunia tak akan mengenal kalian karena kalian duduk di meja jabatan, tapi karena kalian berani bermimpi di tengah kegelapan, bekerja keras di tengah lelah, dan tetap memeluk kebaikan di tengah kubangan keburukan. Kegagalan ini adalah pelajaran pertama menuju kebesaran: bahwa hati yang pernah patah adalah hati yang tahu cara mencintai, berjuang, dan bertahan.
Kegagalan itu adalah lirik yang belum usai dinyanyikan. Kekecewaan itu adalah paragraf dari cerita yang belum utuh. Kesakitan itu adalah guratan cat kelabu dalam kanvas lukisan yang belum purna.