Janji saya yang telah mencederai Ramadan

Di bulan yang sunyinya paling nyaring ini, di bulan saat langit terasa lebih dekat dan doa meluncur seperti anak panah ke angkasa—Purworejo Folk berdiri di antara ribuan niat dan sejuta mimpi. Ramadan adalah musim semi bagi ruh. Saat manusia menyiram benih-benih keikhlasan, dan menanti bunga amal mekar di ladang waktu. Ia adalah jendela langit yang terbuka lebar. Dan kami tahu, ketika jendela itu terbuka, maka segala cahaya dan peluang mengalir deras. Tak bisa ditampik.

Di saat orang-orang terjaga lebih lama karena sahur, menatap layar lebih panjang, merenung lebih dalam… di sanalah seharusnya karya-karya terbaik lahir. Namun sungguh, tahun ini kami kalah oleh waktu. Bukan karena tak ada ide, bukan pula karena kurangnya mimpi. Tapi karena menyatukan langkah itu kadang seperti menyatukan gugusan bintang—masing-masing bersinar, tapi di langit yang berbeda.

Konsistensi adalah mata air kecil di hulu. Siapa yang rajin menimba, maka ia akan menemukan sungai besar di hilir. Namun sering kali, kita kehabisan ember. Atau bahkan lupa jalan ke hulu itu sendiri.

Saya, kepala dari tubuh bernama Purworejo Folk, berdiri dengan segala rasa bersalah dan harap.
Saya tak ingin tim saya hanya jadi pelengkap dalam perahu. Mereka adalah layar. Mereka adalah kompas. Mereka adalah ombak yang justru membuat kapal ini bergerak. Tanpa mereka, saya hanya nakhoda yang bicara sendiri pada langit gelap.

Hari ini saya berjanji, akan ada program-program yang mengguncang batas-batas kreativitas kami.
Akan ada langkah-langkah besar yang tidak lagi ditunda. Dan yang paling penting: saya akan memberikan seoptimal saya untuk ladang tempat tumbuh terbaik bagi mereka yang memilih ikut berlayar bersama Purworejo Folk.

Sebab bukankah tujuan sebuah perjalanan bukan hanya dermaga yang dituju, tetapi juga bagaimana kita tumbuh di atas gelombang yang mengguncang?

"Jika engkau ingin cepat, berjalanlah sendiri. Jika engkau ingin jauh, maka berjalanlah bersama."

Bagi saya, Ramadan tahun ini mengajarkan satu hal penting:

Kita tidak bisa terus menunda matahari terbit hanya karena kita belum siap bangun.

Mari siapkan kopi. Mari buka jendela. Mari mulai hari.

Postingan populer dari blog ini

Emas adalah perisai, tidak lebih.

"Your English is so good" dan kekuatan daya tawar Indonesia.