Menaklukkan badai overthinking: bercerita mengurai kalut pikiran.
Di sudut kepala kita, ada sebuah pasar malam yang tak pernah tutup. Lampu-lampu pikiran berkelap-kelip, berputar-putar, menyala terang di tengah kegelapan. Ada suara riuh: teriakan keraguan, bisik kecemasan, dan denting tanya yang tak kunjung reda. Ini adalah sirkus overthinking, tempat pikiran kita menjadi badut yang terus melompat, menari, jatuh, dan bangun tanpa henti. Tapi, tahukah kau, di tengah hiruk-pikuk itu, ada cara untuk meredakan badai, untuk menggenggam kendali, untuk membiarkan langit pikiranmu kembali cerah?
Overthinking adalah musafir yang tak diundang. Ia datang membawa koper penuh “bagaimana jika” dan “seandainya”. Ia duduk di sudut hatimu, mengaduk-aduk kenangan, mencampurkan fakta dengan fiksi, hingga kau tersesat di labirin ciptaanmu sendiri. Ia membuatmu memutar ulang percakapan yang sudah usai, mencari-cari makna di balik kata yang mungkin tak pernah ada. Ia adalah pencuri waktu, menjeratmu dalam lingkaran yang tak berkesudahan. Tapi, jangan takut. Ada obat untuk luka ini, ada jalan keluar dari pasar malam yang bising itu.
Ambillah selembar kertas, atau bukalah laptopmu, atau bahkan cukup ketuk aplikasi catatan di ponselmu. Biarkan jari-jarimu menjadi penutur cerita, biarkan pikiranmu mengalir bagai sungai yang akhirnya menemukan muara. Tulis. Tulis apa saja yang berkecamuk di kepalamu. Jangan takut kacau, jangan takut buruk, jangan takut salah. Tulis kekhawatiranmu, tulis ketakutanmu, tulis pertanyaan yang berputar bagai gangsing di benakmu. Biarkan kata-kata itu menjadi jembatan yang membawamu keluar dari labirin.
Mengapa menulis? Karena kertas adalah cermin yang tak pernah berbohong. Ia menampung semua tanpa menghakimi. Ia adalah sahabat yang mendengar tanpa memotong. Ketika kau menulis, kau seolah mengeluarkan beban dari laci-laci pikiranmu yang sudah penuh sesak. Kau memberi nama pada kekacauan itu, dan dengan memberi nama, kau membuatnya nyata, terlihat, bisa disentuh. Dan sesuatu yang bisa disentuh, bisa pula dilepaskan.
Bayangkan pikiranmu seperti langit malam yang dipenuhi awan tebal. Overthinking adalah awan-awan itu, menutupi bintang-bintang harapan dan kejernihan. Ketika kau menulis, kau seolah meniup awan-awan itu pergi, satu per satu. Kau membiarkan bintang-bintang itu bersinar kembali. Tulisanmu tak perlu indah, tak perlu sempurna. Ia hanya perlu jujur. Karena kejujuran adalah kunci yang membuka pintu ketenangan.
Jika kau merasa tulisanmu cukup berarti, kau boleh mengeditnya, merapikannya, lalu membaginya. Mungkin di media sosial, mungkin di blog kecilmu, atau bahkan hanya pada seorang teman yang kau percaya. Membagikan cerita adalah cara lain untuk melepaskan. Ia seperti menyalakan lampion di malam gelap, membiarkan cahayanya terbang, membawa bebanmu ke angkasa. Tapi, jika kau ingin menyimpannya hanya untuk dirimu sendiri, itu pun tak apa. Yang terpenting, kau telah mengeluarkan badai dari kepalamu, menatanya dalam baris-baris kata.
Setelah menulis, kau akan merasa sesuatu berubah. Ada ruang kosong yang tiba-tiba muncul di kepalamu, seperti halaman baru yang siap diisi. Pikiranmu yang tadi bising bagai pasar malam kini mulai mereda, bagai sirkus yang akhirnya menutup pertunjukannya. Kau akan mendengar suara hatimu sendiri, yang selama ini tenggelam di bawah riuh rendah kekhawatiran. Dan di situlah kau menemukan kelegaan, seperti menemukan oase di tengah padang pasir.
Tapi, ini bukan akhir. Overthinking adalah musafir yang mungkin kembali suatu saat. Ketika ia datang lagi, jangan panik. Ambil kertas itu kembali, buka laptopmu, ketuk ponselmu. Tulis lagi. Setiap kali kau menulis, kau mengasah pedang untuk melawan kekacauan. Setiap kali kau menulis, kau membangun benteng untuk melindungi ketenanganmu. Dan setiap kali kau menulis, kau mengingatkan dirimu sendiri: kau lebih kuat dari badai di kepalamu.
Jadi, mulailah sekarang. Ambil pena itu, ketuk layar itu, dan biarkan kata-kata mengalir. Tak perlu takut pada pasar malam di kepalamu. Kau adalah pengelana yang mampu menaklukkannya, satu kata demi satu kata. Dan di ujung perjalanan ini, kau akan menemukan dirimu sendiri, berdiri tegak, dengan langit pikiran yang jernih dan bintang-bintang yang bersinar terang.